Tentang Kami

Visi

Menjadi Gereja Misi yang Berkarakter Kristus

Misi

  1. Menyelamatkan semua manusia dengan melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus untuk memberitakan injil, agar mereka menerima Tuhan Yesus menjadi Juruselamatnya dan mengarahkan mereka menjadi anggota jemaat yang aktif.
  2. Mendidik, membina dan membentuk anggota jemaat menjadi murid Kristus yang dewasa, yang memiliki karakter dan pola hidup seperti Kristus, serta memperlengkapi mereka agar juga cakap untuk memuridkan orang lain.

Profil Gembala

Pdt. Paulus Pujianto, M.Th dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1964. Berawal dari ajakan dari cici nya (Afung) di tahun 1975, Ming Liong (nama panggilan kecil dari Paulus Pujianto) mulai aktif beribadah di Sekolah Minggu GBI Gunung Sahari.

Pdt. Paulus Pujianto telah dibaptis secara selam oleh Pdt. H.L. Senduk pada tanggal 05 Oktober 1980. Dan pertama kali menerima Baptisan Roh Kudus pada tahun 1981 pada saat Persekutuan Doa Pencurahan Roh Kudus di GBI Gunung Sahari, yang pada waktu itu dilayani oleh seorang Missionaris dari Belanda.

Pdt. Paulus Pujianto selalu mengambil pelayanan apapun yang ditugaskan kepadanya. Mulai dari Ketua Kelas Remaja, Tunas Muda, Guru Sekolah Minggu, KPA, Sekretaris Umum, Wakil Gembala, dan kini menjadi Gembala Jemaat GBI Gunung Sahari, yang dilantik oleh BPD GBI DKI Jakarta pada Minggu, 03 April 2005.

Pdt. Paulus Pujianto menikah pada Sabtu, 08 Juni 1991 dengan Pdp. Sugiarty dan dikaruniai dua orang putra bernama Adiwirya Timotius Pujianto dan Leonardo Yohanes Pujianto.


Sejarah Gereja

1963

Terlahir dari GBIS (Gereja Bethel Injil Sepenuh)

Bermula dari Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) pada tahun 1963, dimotori oleh Ma Muk (almh.), kurang lebih 15 anak-anak Sekolah Minggu berkumpul untuk beribadah di ruang terbuka jalanan di depan rumah Ibu Yuli, yang dilayani oleh seorang pemuda bernama Tek Cai, sebagai Guru Sekolah Minggu.

Tek Cai adalah jemaat dari GBIS Jembatan Dua, yang digembalai oleh Pdt. Sun Ciang. Oleh karena itu, maka anak-anak Sekolah Minggu Gunung Sahari ini berada dalam pengawasan pelayanan dari GBIS Jembatan Dua.

Setiap kali setelah Ibadah Sekolah Minggu selesai, maka bangku-bangku dikumpulkan di rumah Ma Muk. Suatu hari minggu, ketika anak-anak Sekolah Minggu hendak beribadah, pintu rumah Ma Muk masih terkunci, karena Ma Muk sedang pergi, sehingga bangku-bangku yang tersimpan di dalam rumah tidak dapat digunakan. Salah seorang Ibu bernama Elsye Oey (almh.) berinisiatif mencari pinjaman bangku untuk beribadah dan sejak itu, anak-anak Sekolah Minggu dipindahkan tempat ibadahnya ke dalam rumah Ibu Elsye (almh.), yang pada waktu itu rumahnya masih berlantai satu.

Walaupun sempat ditentang oleh suaminya, Bapak Tan Oen Hiang (alm.), yang pada waktu itu masih belum mengenal Tuhan Yesus, namun berkat ketekunan dan kegigihan iman Ibu Elsye (almh.), pada akhirnya suaminya pun dimenangkan bagi Tuhan, sehingga keduanya saling mendukung untuk melaksanakan ibadah Sekolah Minggu di rumahnya.

Jemaat semakin berkembang, sehingga mulailah diadakan Kebaktian Umum (Ibadah Raya) yang dihadiri kurang lebih 18 orang.

1966

Gereja Mengalami Penganiayaan

Pergantian Gembala Sidang

​Oleh karena sesuatu hal pribadi yang terjadi pada Pdt. Yuce Pangke, maka Om Ho (alm.) mengutus Pdt. Rusno Sutadi (alm.) dan menetapkannya sebagai Gembala Sidang GBIS Gunung Sahari untuk menggantikannya.

1970

Setelah GBI terbentuk pada 06 Oktober 1970, maka Om Ho (alm.) menawarkan pilihan kepada Bpk. Tan Oen Hiang (alm.). Om Ho memberikan tawaran untuk berpindah dari GBIS menjadi GBI, atau tetap berada di GBIS. Pada saat itu, Bpk, Tan Oen Hiang (alm.) memilih untuk berubah menjadi GBI. Dan sejak itu, GBIS Gunung Sahari di bawah penggembalaan Pdt. Rusno Sutadi (alm.), yang juga merupakan Gembala Jemaat GBI Kramat Jati.

Di antara semua jemaat mula-mula baik sejak GBIS maupun sampai sekarang telah berubah menjadi GBI, terdapat Jemaat yang masih sangat setia beribadah di GBI Gunung Sahari, yaitu:
1. Ibu Waryani
2. Ibu Lie Ju Lie (Almh., telah dipanggil oleh Tuhan pada tahun 2025)

1972

Jumlah Pengerja Semakin Bertambah dan Cabang Dibuka

Seiring dengan semakin berkembangnya Jemaat GBI Gunung Sahari, maka pada tahun 1972, Bpk. Hadi Soeparno (dikenal dengan akrab “Om Parno” – alm.), Bpk. Matius Kambey, dan Bpk. Petrus Liong bergabung menjadi pengerja umum di GBI Gunung Sahari.

Menyusul kemudian adalah Bpk. Herman Pranadi (alm.), Bpk. Tony Rahardja, dan Ibu Lidya Christanti sebagai Guru Sekolah Minggu.

Setelah Bpk. Matius Kambey menikah, maka beliau pindah ke Ciracas (Bogor) dan merintis Gereja baru di sana.

Beberapa waktu kemudian, Bpk. Petrus Liong pun pulang kampung ke Palembang dan tidak kembali lagi. Sekitar tahun 1973, GBI Gunung Sahari membuka cabang di Sunter, yang dimulai dengan Sekolah Minggu dan kini menjadi Gereja Otonom, yang digembalakan oleh putra Om Parno (alm.), yaitu Pdm. Yusak Soeparno.

1973

Pembangunan Gereja Berlantai Dua

​Jemaat umum semakin berkembang mencapai kira-kira 40 orang. Sehingga ruangan yang digunakan untuk beribadah (pada saat itu masih berada di lantai dasar) tidak mencukupi untuk melaksanakan Ibadah di bawah. Akhirnya, Ibu Elsye (almh.) memutuskan untuk menjual rumahnya yang berlokasi di Senen, untuk membangun Gereja berlantai dua, yang berlantai papan dan berdinding tembok. Maka pada tahun 1973 dibangunlah Gereja berlantai dua dan setelah selesai dibangun, pelaksanaan Ibadah dilakukan di lantai dua (hingga saat ini).

1978

Terbentuknya Kelas Ibadah Remaja

Bpk. Tony Rahardja yang merupakan pembina Remaja, dan pada saat itu dibantu oleh Bpk. Yohanes Wiryadi (yang saat ini menjadi Gembala GBI di Kelapa Gading) membuat organisasi Remaja dan juga membentuk pengurusnya. Pada saat itu, terpilihlah Paulus Pujianto sebagai ketua kelas Remaja.

1979

Terbentuknya Kelas Tunas Muda

Dikarenakan jemaat Ibadah Remaja pada saat itu mengalami perkembangan yang signifikan, dan juga sekaligus untuk menjembatani mereka yang sudah lebih dewasa dari anak-anak Remaja pada umumnya, maka dibentuklah kelas baru bernama Tunas Muda. Kepengurusan dari kelas Tunas Muda terbentuk, dan dipilihlah kembali Paulus Pujianto sebagai ketua kelas Remaja-Tunas Muda, dengan wakilnya Steffani alias Siok Mei.

Adapun jemaat mula-mula di kelas Remaja-Tunas Muda ini adalah orang-orang yang luar biasa, karena dari sinilah mereka menjadi generasi penerus pengembangan Gereja dan organisasinya bahkan dari generasi ini tersebar ke berbagai pelosok daerah, yang kini diantaranya telah menjadi hamba-hamba Tuhan.

1980

Terbentuknya Komisi Pemuda dan Anak (KPA)

Organisasi Remaja-Tunas Muda terus berkembang, sampai akhirnya pada tahun 1980. terbentuklah Komisi Pemuda dan Anak (KPA), yang diketuai oleh Paulus Pujianto. Tongkat estafet kepemimpinan terus berjalan dengan baik.

Generasi muda ini mulai berkiprah di Kebaktian Umum dan organisasi KPA berperan dan berkontribusi besar dalam mengerakkan jemaat umum, menjadi tiang penopang dalam Gereja.

Pembentukkan Pengurus Majelis Jemaat

Pada tahun yang sama (1980), dibawah pengembalaan Ibu. Pdt. Elsye Oey (almh.), terbentuklah Pengurus Majelis Jemaat, dimana Paulus Pujianto dipilih sebagai Sekretaris Umum, Oktavina Muhang (almh.) sebagai Koordinator Bidang Kerohanian, Benggy Law sebagai Koordinator PI/Misi.

Organisasi umum dengan tim Majelis yang terbentuk mulai terus memaikan peran yang dominan dalam kepemimpinan jemaat, sampai akhirnya Paulus Pujianto diangkat menjadi Wakil Gembala menggantikan Herman Pranadi dan Benggy Law, yang sebelumnya masing-masing sebagai Wakil 1 dan Wakil 2 Gembala.

2004

Wafatnya Gembala Jemaat (Ibu. Pdt. Elsye Oey)

Pada tanggal 25 Desember 2004, Ibu. Pdt. Elsye Oey berpulang ke Rumah Bapa di Surga.

Tongkat estafet kepemimpinan pada saat itu melaju terus menerobos batas-batas tradisi kepemimpinan, sehingga untuk pertama kalinya, setelah sebulan jemaat bergumul dalam mencari kehendak Tuhan atas siapa yang dikehendakNya.

2005

Penetapan Pdm. Paulus Pujianto sebagai Gembala Jemaat

Melalui rapat umum yang digelar pada hari Minggu, 06 Maret 2005, dengan 5 calon Gembala yang diajukan untuk dipilih, maka tim formatur pemilihan menetapkan hasil rapat yang secara aklamasi suara terbanyak memilih Pdm. Paulus Pujianto (pada saat itu masih menjadi Pdm) sebagai Gembala Jemaat GBI Gunung Sahari.

Pdt. Paulus Pujianto resmi dilantik dan ditahbiskan oleh BPD GBI DKI Jakarta pada Minggu, 03 April 2005

2011

Pembangunan Gereja

Pada tahun 2011, Gedung Ibadah yang digunakan untuk Beribadah akan dilakukan pembangunan kembali. Oleh karena itu, Gereja berpindah sementara ke Jl. Gunung Sahari VII A No. 11, Jakarta Pusat.

2012

Pembangunan Gedung Selesai

Pada 01 April 2012, Gereja berpindah kembali ke Jl. Gunung Sahari VII A No. 22, dengan dimulai dari Ibadah Raya yang kembali diselenggarakan terlebih dahulu.